KH Abdurrahhman Wahid atau Gus Dur, sebagaimana dikenal kalangan dekatnya, semasa hidupnya adalah seorang kicaumania, alias penggemar berat burung, khususnya burung kicauan. Ketika beliau meninggal, Rabu 12 Desember 2009 lalu, masih ada tujuh burung warisan Gus Dur.
Memang tidak seperti para kicaumania
umumnya yang suka mengikutkan burungnya untuk lomba, Gus Dur hanya
menikmati kicauan burung-burungnya tatkala di rumah. Hanya saja, berapa
dan jenis apa saja burung yang dipelihara di kediaman beliau, ada banyak
versi dari beberapa sumber berita.
Seperti ditulis kompas.com misalnya,
kicau burung turut meramaikan suasana kediaman almarhum pada Kamis 31
Desember 2009 pagi. “Gus Dur memang suka burung, burung-burung ini
kesayangan Gus Dur,” ujar Habibullah, seorang santri yang turut merawat
burung peliharaan Gus Dur.
Burung-burung Gus Dur di akhir hayat
beliau terdiri dari burung murai batu, cucak ijo/hijau, jalak bali dan
beo. Saat itu, burung-burung tersebut diamankan di sebuah bangunan
tertutup di depan rumah utama Gus Dur, Warung Sila, Ciganjur, Jakarta
Timur, agar tidak mengganggu upacara pelepasan jenazah Gus Dur.
Seperti ditulis di kompas.com itu, tak
lama setelah Gus Dur diberangkatkan ke tempat peristirahatannya,
burung-burung ini mulai meramaikan teras rumah utama. “Setiap pagi
mereka dikasih makan. Dulu sih pagi Pak Gus Dur sering lihat burung.
Akhir-akhir ini tidak,” ujar Onit, salah satu karyawan rumah Gus Dur,
saat mengeluarkan burung-burung dan memberi makan burung.
Saat alunan ayat suci Alquran terdengar
dari rumah utama kediaman Gus Dur, burung-burung kesayangan Gus Dur
tampak lebih tenang seolah turut mendengarkan alunan ayat suci.
Lain dengan yang disebutkan oleg berita
di detik.com bahwa Gus Dur suka murai batu, berita yang ditulis di
tribun-timur.com menyebutkan Gus Dur adalah penggemar cucak rowo. Jika
burung kesayangannya itu tidak terdengar berkicau, biasanya Gus Dur
langsung menanyakan kepada tukang kebun yang bertugas memelihara burung
tersebut.
“Kadang kalau Bapak lewat mau ke masjid,
terus nggak dengar burungnya bunyi, bapak (Gus Dur) pasti langsung
nanya. Kalau dengar nggak bunyi, pokoknya pasti langsung nanya. Apakah
burungnya sakit atau kenapa,” ungkap Mono, tukang kebun Gus Dur yang
juga bertugas mengurusi burung, saat ditemui di kediaman Gus Dur, Jalan
Warung Sila, Ciganjur, Jakarta, Jumat 1 Januari 2010.
Mono mengatakan, ada tujuh ekor burung
Gus Dur yang dia pelihara. Burung-burung itu antara lain empat ekor
cucak rowo (cucakrawa), dua ekor jalak suren, satu ekor cucak Ijo dan
satu ekor beo. Dari kesemuanya, Gus Dur paling suka dengan cucak rowo.
“Biasanya bunyi di pagi hari. Dan Bapak senang kalau dengar dia nyanyi,”
ujarnya.
Sepengetahuan Mono, burung-burung Gus
Dur sudah berusia cukup lama. Sayang, tukang kebun yang sudah bekerja
selama tiga tahun tidak tahu persis usia tujuh burung yang dimiliki Gus
Dur. “Sejak saya kerja di sini, burung-burung itu sudah ada,” kata Mono.
Dijelaskan Mono, tidak ada perawatan
khusus terhadap burung-burung tersebut. Burung-burung itu ditempatkan
dalam sangkar yang terbuat dari bambu. Setiap pagi, sangkar-sangkar
tersebut digantung di garasi mobil di depan rumah Gus Dur. Garasi itu
sendiri hanya terdiri dari tiang beton dan atap. Sehingga kicauan burung
pun dapat terdengar jelas.
Pada sore hari, lanjut Mono,
burung-burung Gus Dur dimasukkan ke dalam ruangan yang ada di belakang
pos jaga di pintu gerbang rumah. Sangkar burung kemudian ditutup dengan
kerodong yang terbuat dari kain.
Lain cerita Mono, lain cerita Habibullah
Siregar. Menurut dia seperti ditulis detik.com, murai batu merupakan
burung kesayangan Gus Dur. Semasa hidup, katanya, Gus Dur tidak lupa
menanyakan kabar burung-burung peliharaannya walaupun dia tengah
terbaring sakit. “Gimana kabarnya si murai batu itu. Kita jawab, iya
Kiai masih melengking kok. Gus Dur tersenyum,” kata Habibullah Siregar,
menirukan ucapan Gus Dur saat menjenguk Gus Dur di RSCM beberapa hari
lalu.
Menurut dia, Gus Dur sebelum sakit
sering mengajak burung-burungnya becanda. Namun saat kesehatannya
menurun, Gus Dur tidak pernah melakukannya lagi.
“Setiap pagi, Gus Dur hanya minta
dilihatkan burung-burungnya saja dari atas kendaraan. Gus Dur juga
jarang mantau keadaan burungnya lagi. Kalau dulu selalu tanya sudah
mandi atau belum, sudah dikasih makan atau belum,” kata Habibullah.
Meski Gus Dur telah berpulang, para
santri bertekad akan tetap merawat burung-burung peninggalannya.
“Namanya amanah, kami akan terus merawatnya,” ujar dia.
Ya burung-burung warisan Gus “Kicaumania” Dur, semoga terawat dengan baik. (Om Kicau)
No comments:
Post a Comment